Zaman dimana sebelum datangnya Islam, disebut sebagai zaman
jahiliyah atau boleh disebut sebagai zaman kegelapan ataupun zaman kebodohan. Suatu
zaman yang tak diterangi oleh ilmu pengetahuan, bukan hanya di Semenanjung Arab
tapi di seluruh muka bumi saat itu ilmu pengetahuan berada pada titik nadirnya.
Faktanya pada abad-abad tersebut sangat sulit ditemukan para Alim Cendikiawan
yang dengan ilmunya bisa memberikan pencerahan kepada umat manusia. Bisakah
Anda menyebutkan satu nama cendikiawan yang mengemuka antara abad ke-3 M sampai
masa datangnya Islam? Agak sulit bukan untuk menjawabnya? Para Filsuf Cina
seperti Laotse dan Konfusius atau Sidartha Gautama “Sang Pencerah” dari India juga
tentu saja Phytagoras, Plato, Aristoteles dan Cendikiawan lainnya dari Yunani,
zaman mereka telah berlalu berabad sebelum datangnya Islam. Pusat-pusat
peradaban seperti Persia dan Byzantium yang saat itu menjadi dua Bangsa Adi
daya, tak memunculkan sekalipun hanya satu orang cerdik pandai.
Lembaran-lembaran yang menorehkan majunya logika Yunani hanya tersimpan di
perpustakaan Alexandria dan terancam usang sampai nanti akhirnya terselamatkan
saat Umat Muslim melakukan penterjemahan secara masiv terhadap
lembaran-lembaran yang berisi ilmu pengetahuan tersebut. Pesatnya eksplorasi
ilmu pengetahuan oleh Umat Muslim tidak hanya berlaku terhadap obyek-obyek
pengetahuan dari Bangsa Yunani. Umat Muslim juga gencar mengeksplorasi ilmu
pengetahuan dari Bangsa Cina (seperti pembuatan kertas, bubuk mesiu, dll) dan
ilmu pengetahuan dari Bangsa India (seperti Astronomi dan Matematika).
Singkat cerita, yang ada hanyalah kesuraman yang melingkupi
peradaban dunia di masa-masa sebelum datangnya Islam. Di tilik dari satu sudut pandang ini
saja, Islam betul-betul Rahmat untuk peradaban manusia, lebih luasnya tentu
saja rahmatan lil ‘alamin. Islam sebagai sebuah Agama yang lahir 14 abad yang
lalu, begitu memberi apresiasi yang sangat besar dan mendorong pemeluknya untuk
terus mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
Agama dengan ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad adalah:
خلق الذى ربك اقرأ باسم
“Bacalah atas nama
Tuhanmu yang telah menciptakan.” (Qur’an, 96:1)
“Siapa yang menitih jalan pencarian ilmu pengetahuan,
Allah akan membuka baginya jalan menuju surga.” (Abu Khaithama,
al-‘Ilm, hadits no.25).
Hadits di atas menerangkan dengan jelas bahwa surga adalah
balasan untuk seorang Mukmin yang memilih hidup di jalan pencarian terhadap
ilmu pengetahuan. Ada banyak lagi hadits-hadits lainnya yang mengisyaratkan betapa
Umat Muslim diberi motivasi lebih untuk menggapai dan memungut hikmah
pengetahuan yang terserak di muka bumi. Ada sebuah kisah yang cukup menarik
akan hal ini, Setelah kemenangan Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya di
perang Badr. Umat Muslim saat itu mempunyai beberapa tawanan dan lazimnya saat
itu bahwa tawanan bisa ditebus dengan harta benda, tetapi ada beberapa tawanan
yang bisa baca tulis dapat menebus kebebasannya dengan cara mengajari baca
tulis kepada anak-anak Muslim di Madinah. Ilmu Baca Tulis untuk saat itu tentu
saja sebuah pengetahuan yang masih jarang dimiliki oleh orang-orang pada saat
itu dan merupakan suatu kelebihan tersendiri bagi yang menguasainya.
Abad-abad selanjutnya seiring dengan meluasnya pengaruh
Islam, ilmu pengetahuanpun bersemi di muka bumi ini. Umat Muslim berada di
zaman yang diterangi oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dua sumber cahaya yang akan
menerangi peradaban Umat selama dua warisan dari Nabi tersebut tetap teguh di
pegang, dikaji dan terpatri di hati pemeluk Agama Islam yang menjadi rahmatan
lil ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar